
AI Rambah Bisnis Pendidikan, Kampus Ini Sudah Pakai
Jakarta, CNBC Indonesia – Di era digital saat ini, kecerdasan buatan (AI) sudah mulai muncul di berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk di kalangan perguruan tinggi.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan AI karena Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar dan beragam.
Tercatat pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023 yang juga membuat data AI bertambah.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Perkembangan teknologi AI telah memberikan dampak yang signifikan dan meluas di berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan industri.
Sedangkan di perguruan tinggi, AI telah digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran, penelitian, dan administrasi kampus.
Salah satu contoh yang menonjol adalah penggunaan chatbot AI seperti ChatGPT yang memberikan bantuan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akademiknya.
BINUS University sebagai salah satu perguruan tinggi yang terdepan dalam penerapan teknologi AI telah menyelenggarakan Simposium Nasional untuk berbagi pengetahuan dengan industri dan pemerintah terkait pemanfaatan AI di berbagai bidang.
Hal ini mencerminkan perlunya kerjasama antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah dalam memahami tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pengembangan dan penerapan AI.
Kemunculan AI membawa tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi. Salah satu tantangan utamanya adalah pengaruhnya terhadap cara berpikir dosen, mahasiswa dan kebijakan universitas secara keseluruhan.
“Dosen perlu beradaptasi dengan perubahan teknologi tersebut untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa yang semakin beragam. Mereka perlu mengintegrasikan penggunaan AI dalam metode pengajarannya, seperti memberikan tugas yang melibatkan penyelesaian masalah kompleks atau menggunakan algoritma AI untuk analisis data,” kata Dr. Ford Lumban Gaol, Kepala Departemen Doctor of Computer Science, Program Pascasarjana BINUS.
“ChatGPT sudah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat yang tidak membutuhkan pemikiran yang rumit. Selain itu, memancing siswa dengan pertanyaan yang lebih kompleks juga akan melatih cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah yang tentunya akan berguna di dunia kerja.” dia melanjutkan.
Kehadiran AI juga dapat membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugas. Dengan alat seperti ChatGPT, siswa bisa mendapatkan saran dan petunjuk yang berguna dalam menyelesaikan tugas mereka. Selain itu, siswa dapat lebih cepat menyelesaikan tugasnya.
AI dapat membantu mengurangi beban kerja siswa dan memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang materi yang dipelajari.
Namun, ada juga aspek yang perlu diperhatikan, yakni risiko ketergantungan terhadap AI.
Siswa tetap harus diarahkan untuk mengembangkan keterampilan kritis, kreatif, dan analitis yang tidak dapat digantikan oleh kecerdasan buatan.
Dalam menghadapi tantangan ini, dosen perlu mengubah cara mengajarnya. Mereka perlu memprovokasi siswa untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas yang hasilnya tidak dapat diperoleh dari AI.
Misalnya, dosen dapat mengajukan pertanyaan yang membutuhkan kreativitas, pemikiran unik, atau pemecahan masalah yang mendalam.
Selain itu, dosen perlu memberikan bimbingan dan pengawasan yang tepat untuk mencegah mahasiswa menyalahgunakan AI sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab pribadi dalam pembelajaran.
Menghadapi perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat, penting bagi dosen perguruan tinggi untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan pemahamannya tentang AI.
Untuk itu Program Pascasarjana BINUS, sebagai lembaga pendidikan yang berkomitmen terhadap inovasi teknologi, mengadakan Simposium Nasional yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan antara industri, pemerintah dan perguruan tinggi terkait penggunaan AI di berbagai bidang.
Simposium Nasional yang diselenggarakan Mei lalu memberikan kesempatan bagi para dosen untuk lebih memahami bagaimana penerapan AI di berbagai industri, pemerintahan, dan universitas.
Melalui sesi berbagi pengetahuan, mereka dapat mengetahui apa yang terjadi di lapangan, tren terkini, serta tantangan dan peluang yang muncul dalam penggunaan AI.
Dengan demikian, dosen dapat mengikuti perkembangan terkini dan menerapkan ilmu tersebut dalam metode pengajarannya.
Selain itu, Simposium Nasional juga memberikan kesempatan bagi para dosen untuk mendapatkan feedback langsung dari industri terkait penggunaan AI.
Industri dapat berbagi pengalaman, mengungkapkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta memberikan wawasan tentang praktik terbaik dalam menerapkan AI.
Dosen dapat mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana AI dapat digunakan secara efektif dalam konteks dunia nyata. Umpan balik ini juga membantu dosen dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan industri saat ini.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Untuk Pertama Kalinya, Metode English Agile Education Kini Hadir di RI
(merampok/ayh)