Apakah Asma pada Anak Bisa Disembuhkan Sepenuhnya?

Apakah Asma pada Anak Bisa Disembuhkan Sepenuhnya?

Read Time:5 Minute, 25 Second

Masalah pernapasan anak seringkali menjadi perhatian orang tua, terutama di cuaca pancaroba yang tidak menentu akhir-akhir ini. Namun bagi anak yang mengidap Asma, pasti akan menyebabkan anak sulit bernafas dan mengganggu kenyamanannya untuk dapat bermain dan beraktivitas seperti anak pada umumnya.

Dalam situasi seperti ini, orang tua pasti akan bertanya apakah penyakit asma bisa disembuhkan sehingga tidak lagi mengganggu kesehatan anak saat besar nanti?

Seperti diketahui, asma merupakan penyakit saluran pernapasan kronis yang sering dijumpai baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Prevalensi asma pada anak sangat bervariasi antar negara di dunia, berkisar antara 1-18%.

Meski tidak menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian pada anak-anak, asma merupakan masalah kesehatan yang penting. Jika tidak ditangani dengan baik, asma dapat menurunkan kualitas hidup anak, membatasi aktivitas, mengganggu tidur, dan memengaruhi kualitas belajar. Bagi keluarga dan sektor kesehatan, asma yang tidak terkontrol akan menambah biaya.

Pemahaman tentang seluruh proses perkembangan penyakit, respons imun terkait penyakit, genetika, manifestasi klinis, diagnosis, dan pengobatan asma telah mengalami banyak kemajuan. Terjadinya asma dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Namun, faktor mana yang berperan lebih tidak pasti karena kompleksitas hubungan antara kedua faktor tersebut. Asma terjadi karena peradangan kronis, hiperresponsif dan perubahan struktur akibat penebalan dinding bronkus (remodeling) saluran pernapasan yang berlangsung kronis bahkan sebelum munculnya gejala awal asma. Penyempitan dan sumbatan saluran pernafasan terjadi akibat penebalan dinding bronkus, kontraksi otot polos, edema mukosa, hipersekresi mukus.

Gejala klinis pada asma dapat berupa batuk, mengi (mengi), sesak napas, sesak dada yang terjadi secara kronis dan atau berulang, bersifat reversibel, cenderung memburuk pada malam atau dini hari, dan biasanya terjadi jika ada pencetusnya.

Diagnosis Asma pada Anak

menurut dr. Irene Melinda Louis, Sp.A. Dokter Spesialis Anak RSIA Grand Family & RSIA Family, diagnosis asma pada anak mengikuti jalur klasik diagnosis medis, yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang peranan yang sangat penting mengingat diagnosis asma pada anak sebagian besar ditegakkan secara klinis.

1. Anamnesa

Keluhan mengi dan/atau batuk berulang merupakan gejala klinis yang diterima secara luas sebagai titik awal diagnosis asma.

Dokter perlu melihat ciri-ciri gejala yang dirasakan anak. Hal ini juga dapat menentukan tingkat keparahan asma yang dirasakan si Kecil. Karakteristik ini adalah:

Gejala terjadi secara episodik atau berulang. Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Gejala biasanya lebih parah pada malam hari (nokturnal). Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat pereda asma. Terjadi bila ada faktor pencetus, yaitu:

Iritasi : rokok, asap pembakaran sampah, obat nyamuk bakar, suhu dingin, udara kering, minuman dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna makanan.

Alergen: debu, tungau debu rumah, bulu binatang, serbuk sari.

Infeksi saluran pernapasan akut karena virus

Aktivitas fisik: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.

Ada riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.

2. Pemeriksaan fisik

Pada kondisi stabil tanpa gejala, pemeriksaan fisik pasien biasanya tidak ditemukan kelainan. Dalam keadaan dengan gejala batuk atau sesak napas, mengi dapat terdengar, baik mengi yang terdengar atau terdengar dengan stetoskop. Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopik atau rinitis alergi, dan tanda-tanda alergi seperti alergi bersinar atau lidah geografis juga dapat ditemukan.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas sumbatan jalan napas akibat obstruksi, hiperaktivitas, dan inflamasi saluran napas, atau adanya atopi pada pasien.

Uji fungsi paru dengan spirometri serta uji reversibilitas dan untuk menilai variabilitas. Di fasilitas terbatas, pemeriksaan dapat dilakukan dengan pengukur aliran puncak. Uji tusuk kulit, eosinofil darah total, uji IgE spesifik. Tes peradangan saluran pernapasan: FeNO (fraksi oksida nitrat yang dihembuskan), eosinofil dahak. Tes provokasi bronkial dengan olahraga, metakolin, atau saline hipertonik.

Setelah anak mendapatkan diagnosis yang pasti, barulah dokter dapat mulai merencanakan pengobatan yang tepat untuk mengatasi penyakit asma pada anak.

Tujuan Pengobatan

Penatalaksanaan asma jangka panjang pada anak perlu dilakukan untuk mengendalikan asma dan mengurangi risiko serangan, penyempitan saluran pernapasan yang menetap dan efek samping obat, sehingga dapat dipastikan potensi tumbuh kembang anak yang optimal. tercapai. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Aktivitas pasien normal, termasuk bermain dan berolahraga.

2. Gejala tidak terjadi pada siang atau malam hari.

3. Kebutuhan obat minimal dan tidak ada serangan.

4. Efek samping obat dapat dicegah atau diminimalisir, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Perawatan Jangka Panjang

Penatalaksanaan jangka panjang asma pada anak dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan non medis (pengobatan non obat) dan penatalaksanaan medis (pengobatan dengan pemberian obat kepada pasien).

Dalam pengobatan dengan pemberian obat pada pasien, obat asma dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu obat pereda dan obat pengontrol. Obat pereda juga dikenal sebagai obat pereda atau obat serangan. Obat ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma saat terjadi. Jika serangan sudah teratasi dan gejala sudah tidak ada lagi, maka penggunaan obat ini dihentikan.

Obat kontrol digunakan untuk mencegah serangan asma. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar penyakit asma, yaitu peradangan saluran pernapasan kronis, sehingga serangan atau gejala asma tidak terjadi. Obat ini digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama, tergantung dari frekuensi gejala asma dan respon terhadap pengobatan/penanganan.

Sedangkan pencegahan pencetus asma merupakan bagian dari penatalaksanaan asma anak non obat selain penatalaksanaan KIE yaitu Komunikasi, Informasi dan Edukasi, baik untuk pasien maupun keluarganya. Serangan asma dapat terjadi karena dua faktor, yaitu kegagalan farmakoterapi jangka panjang dan kegagalan menghindari faktor pencetus, ketika faktor pencetus tersebut dapat menyebabkan kondisi yang tidak bergejala menjadi simtomatis atau yang bergejala ringan menjadi berat.

Terdapat banyak faktor risiko yang diketahui terhadap kejadian asma pada anak, namun ada dua faktor utama yang diduga berperan besar terhadap kejadian asma yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik hampir tidak dapat diubah dalam pengelolaan penghindaran pemicu. Sedangkan faktor lingkungan dalam hal ini diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, antara lain alergen inhalasi (indoor dan outdoor), iritan, kondisi komorbiditas, dan faktor lainnya. Kunjungi dokter spesialis anak untuk membantu Moms dalam diagnosis dan pengobatan.

Itulah beberapa informasi terkait diagnosa hingga pengobatan jangka panjang dalam mengatasi asma pada anak. Asma merupakan alergi pada anak yang dapat menyerang kapan saja, sehingga penting bagi orang tua untuk mulai mengetahui risiko dan potensi tersebut sejak dini agar dapat memulai rencana pengobatan sesegera mungkin. Namun tidak hanya asma, alergi memiliki banyak jenis dan juga faktor yang harus diketahui orang tua.

Apa saja risiko dan potensi alergi pada anak? Dan apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Simak penjelasannya langsung dari dr. Irene Melinda Louis, Sp.A dari RSIA Family dan Grand Family disini membahas topik alergi dan imunologi pada anak lebih lanjut.

Artikel Berikutnya

Sah! Eka Hospital Menjadi Mitra Medis Resmi APPI

(adv/adv)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Nothing Phone (2) review - GSMArena.com tests Previous post Nothing Phone (2) review – GSMArena.com tests
The Samsung Galaxy S24 Ultra could support 65W fast charging thanks to new battery tech Next post The Samsung Galaxy S24 Ultra could support 65W fast charging thanks to new battery tech