Bisnis Home & Living Makin Gurih, Startup Ini Jadi Penantang

Bisnis Home & Living Makin Gurih, Startup Ini Jadi Penantang

Read Time:3 Minute, 4 Second

Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa pemain startup home & living sudah muncul di Indonesia. Namun belakangan Renos juga muncul sebagai platform marketplace online yang memberikan solusi bagi masyarakat untuk mendapatkan produk dan layanan kebutuhan rumah, home living.

Startup yang berafiliasi dengan nocnoc (Thailand) ini telah beroperasi di Indonesia sejak Juli 2021 menerapkan model bisnis B2B dan B2C sebagai langkah menuju perusahaan yang berkelanjutan. Tak hanya menjual produk furnitur, Renos dinilai lebih lengkap karena menyediakan berbagai kategori, seperti bahan bangunan hingga solusi home service.

Selain itu, Renos.id juga selalu berupaya mendukung pemerintah dalam mendorong peningkatan ekonomi digital di Indonesia dengan memberikan ruang bagi pelaku usaha yang membutuhkan perumahan untuk mengembangkan usahanya.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

CCO Renos, Nathaniel Adi Putra, mengatakan pihaknya meyakini potensi yang ditawarkan bisnis home & living masih besar. Menurutnya, ada segmen pasar yang belum dipenuhi pemain yang ada, sehingga diperlukan solusi yang lebih komprehensif.

“Kami melihat masih sulitnya masyarakat Indonesia untuk bisa mendapatkan layanan menyeluruh untuk rumah mereka. Biasanya solusinya terpecah-pecah, namun kami menawarkan end-to-end untuk home & living, mulai dari solusi home improvement hingga home service, ” dia berkata.

Ada juga berbagai brand yang bergabung sebagai merchant di Renos, antara lain Vivere, Aqua, Courts, Bosch, HomeMaster, dan lainnya. Untuk solusi perbaikan rumah ini, perseroan bekerja sama dengan Siam Cement Group (SCG). Total ada ratusan merchant dari berbagai kategori home living yang telah bergabung dengan puluhan ribu SKU.

Dalam menjaring merchant home & living, Renos tentunya juga mengkurasi mereka selama proses onboarding. Pedagang dilihat dari kualitas produk, harga, dan kemampuan operasionalnya. Hal ini dilakukan sebagai langkah pengendalian, mengingat perusahaan menganut konsep marketplace.

Perusahaan selalu memantau setiap transaksi yang masuk, kemudian memastikan setiap pesanan dan bagaimana merchant memenuhinya. “Kami juga menyiapkan call center kalau misalnya ada masalah, mau minta update pesanan, dan sebagainya.”

Perusahaan saat ini belum memiliki gudang sendiri, artinya seluruh stok barang disimpan dan pengadaannya dilakukan sendiri oleh merchant. “Produk home & living itu unik karena belum tentu diproduksi secara massal. Jadi solusi terbaik untuk saat ini adalah menggunakan gudang penjual.”

Tidak hanya kemudahan dalam memasarkan produk dan mendapatkan pelanggan potensial, dengan didukung oleh teknologi AI, para merchant juga dapat menganalisis kinerja penjualan, sehingga terdapat wawasan pasar yang lebih baik bagi mereka dalam mengembangkan bisnisnya.

Di tahun keduanya di Indonesia, perusahaan akan memperkuat jangkauan SKU dan kemitraan dengan berbagai brand home & living agar dapat menjadi pilihan utama konsumen dalam mencari produk furniture dan aksesoris rumah. Peluncuran aplikasi mobile juga direncanakan untuk mendekatkan perusahaan dengan konsumen.

Perusahaan juga akan memperkuat teknologi terkini agar pengalaman konsumen semakin kaya saat berkunjung ke platform Renos. Sebab, perjalanan awal konsumen sebelum memutuskan membeli furnitur dan sebagainya terbilang panjang.

Mereka perlu melakukan riset, mencari tahu bahan yang digunakan, pilihan warna, dan apakah ukurannya pas atau tidak. Karena Renos berbasis perusahaan teknologi, maka perusahaan akan memanfaatkan kemampuannya untuk menciptakan inovasi yang tepat.

Belakangan pemain serupa, seperti Dekoruma masuk ke showroom offline. Dekoruma Experience Center (DEC) sudah ada sejak 2019 dan kini tersebar di 22 lokasi. Toko tersebut menyediakan berbagai macam furnitur dan aksesoris rumah yang bisa Anda coba sebelum membeli. Alhasil, konsumen bisa menentukan produk mana yang paling tepat untuk huniannya.

Ada pula Mitraruma, startup yang diinjeksi SCG, yang juga menyediakan showroom di beberapa titik. Selain itu, ada pemain besar seperti Informa dan IKEA dengan konsep serupa.

Tak hanya mengandalkan model bisnis B2C (marketplace), Nathan menjelaskan pihaknya juga memiliki bisnis B2B yang menyasar korporasi. Solusi yang tersedia, seperti layanan servis dan konstruksi, bahkan jika ada bug order untuk produk home & living di rumah mereka juga dimungkinkan.
Selain memperkuat operasional bisnis dan inovasi, perseroan menerapkan strategi money burning melalui promosi diskon di kanal digital dan offline untuk meningkatkan awareness di kalangan konsumen ritel.

[Gambas:Video CNBC]

(ayy/ayy)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Dulu Petani Singkong, Sosok Ini Kini Raja Skincare Previous post Dulu Petani Singkong, Sosok Ini Kini Raja Skincare
Pemilik Mal Taman Anggrek Ternyata Orang Ini, Siapa Dia? Next post Pemilik Mal Taman Anggrek Ternyata Orang Ini, Siapa Dia?