
Pedagang Ini Berjasa Buat Hatta, Tapi Jarang Dibahas Orang
Jakarta, CNBC Indonesia – Mohammad Hatta adalah salah satu tokoh sentral dalam sejarah Indonesia. Dia dikenal sebagai tokoh pergerakan, proklamator, bapak bangsa, dan tokoh oposisi cerdas dan wakil presiden. Sebagai pribadi dia juga dikenal intelektual terbaik berkat kebiasaan ‘kutu buku’.
Namun, tak banyak orang tahu ada sosok pedagang yang berjasa di balik kesuksesan Hatta. Barangkali, tanpa bantuan pedagang ini jalan sejarah Hatta bakal berbeda. Sayangnya, pedagang ini jarang dibahas dalam sejarah.
Siapa dia?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pedagang itu adalah Ayub Rais, yang kebetulan anak sahabat kakek Hatta, sehingga terhitung keponakannya. Ayub adalah perantau dari Bukittinggi.
Di Jakarta dia bekerja sebagai juru tulis seorang pedagang asal Jerman. Karena rajin dia akhirnya diangkat anak oleh sang majikan. Bahkan, diajari juga cara berbisnis hingga mampu mendirikan perusahaan sendiri bernama Malaya Impor Maatschappij dan Firma Djohan Djohor.
Pertemuannya dengan Hatta pertama kali terjadi pada Agustus 1919 saat Hatta bersekolah dagang di Jakarta. Ketika itu, Ayub berjanji akan membiayai keponakannya itu selama tinggal di Jakarta.
“Uang sekolah dan belanja Hatta di sini Mak Etek Ayub tanggung. Jangan menyusahkan bagi orang di rumah,” kata Ayub, dikutip dari Hatta, Jejak yang Melampaui Zaman (2015).
Sejak saat itulah, Ayub tercatat rutin memberikan uang jajan kepada Hatta sebesar 75 gulden per bulan. Jumlah itu tergolong besar di zamannya. Namun, berkat itu dia bisa banyak membeli buku dan punya tabungan banyak. Apalagi, dia juga rutin mendapat uang bulanan yang disimpannya di Bank Tabungan Pos. Jadi, ada dua aliran uang yang masuk ke kantong Hatta.
Seiring waktu, hubungan Ayub-Hatta tak hanya soal uang, tetapi juga berlanjut ke pengembangan keterampilan. Ayub adalah sosok yang memperkenalkan buku kepada pria asal Minang itu, sehingga dia menjadi ‘kutu buku’. Tak hanya itu, Ayub juga mengajari Hatta soal bisnis. Terjadi transfer ilmu soal perdagangan dari Ayub supaya Hatta kelak menjadi pengusaha, meski di masa depan kita tahu itu semua tidak terjadi.
Jasa besar Ayub selanjutnya adalah saat dia menyisihkan tabungan untuk membiayai Hatta belajar ke Rotterdam, Belanda. Deliar Noer dalam Mohammad Hatta, Hati Nurani Bangsa, 1902-1980 (2002) menyebut sebagian besar ongkos pendidikan Hatta di Belanda dibiayai oleh Ayub Rais. Diketahui, Hatta berada di Belanda selama 10 tahun.
Meski begitu, Hatta bukan orang yang ‘kacang lupa kulit’. Setelah mendapat gelar sarjana dan pulang ke Indonesia pada 1930-an, orang pertama yang ditemuinya adalah Ayub Rais. Dalam memoar berjudul Mohammad Hatta: Memoir (1979), wakil presiden pertama itu berkisah bahwa dia mendatangi toko Ayub di Djohan DJohor Pasar Senen saat tiba di Indonesia.
Dari pertemuan itu, Ayub mengajak Hatta ikut berbisnis. Dia ditawari jabatan sekretaris redaksi. Namun, tawaran itu ditolak Hatta karena baginya tidak memiliki peran penting dalam pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia.
Meski begitu, hubungan keduanya tetap baik hingga Hatta menjadi wakil presiden dan Ayub meninggal pada 1948. Bahkan, setelah Ayub meninggal, Hatta selalu mengunjungi makam sosok yang berjasa itu hingga dia wafat di tahun 1980.
[Gambas:Video CNBC]
(mfa/mfa)