Pilih Resign, Pegawai Pertamina Ini Malah Kaya dari Jual Air

Pilih Resign, Pegawai Pertamina Ini Malah Kaya dari Jual Air

Read Time:3 Minute, 56 Second

Jakarta, CNBC Indonesia – Menjadi pegawai Pertamina adalah impian banyak orang. Hidupnya sejahtera. Gajinya sangat besar. Hanya perlu bekerja dengan baik sampai pensiun pun hidupnya tidak akan miskin.

Tak heran kalau Kwa Sien Biauw alias Tirto Utomo ingin juga bekerja di sana. Alhasil, setelah lulus dari Fakultas Hukum UI pada 1959, dia bergegas mengirim lamaran dan beruntungnya diterima. Di Pertamina dia memegang posisi penting.

Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (2008:136) menyebut Tirto Utomo bekerja langsung di bawah Jenderal Pattiasina (Direktur Operasional Pertamina) dan memegang jabatan sebagai humas, pemasaran, administrasi, penanganan hukum dan kebudayaan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan kedudukan seperti itu hidup Tirto sangat terjamin. Apalagi dia dekat dengan bos Pertamina dan diprediksi bakal jadi bos juga di masa depan. Namun, takdir berkata lain.

Suatu hari di acara BUMN negara itu ada kejadian tidak mengenakkan. Saat negosiasi bagi hasil minyak antara Pertamina dengan sebuah perusahaan Amerika Serikat, istri dari Bos perusahaan AS itu sakit perut. Acara langsung berantakan. Bos-bos Pertamina dilanda rasa malu teramat, begitu pula Tirto Utomo.




Foto: Ilustrasi Air Putih (Photo by Karolina Grabowska via pexels)



Setelah diselidiki, penyebabnya karena air yang diminumnya tidak bersih. Sebagai humas, Tirto kemudian sadar kalau orang bule tak biasa minum air rebusan. Mereka biasa minum air filterisasi yang steril.

“Saya lalu berpikir, bagaimana menyediakan air bersih dalam botol yang praktis,” aku Tirto Utomo, seperti dikutip Muhammad Ma’ruf dalam 50 Great Business Ideas From Indonesia (2010:37).

Mengutip Sepak Terjang Pengelolaan Bisnis Perusahaan Air Mineral Terkemuka terbitan Tempo, dia lantas berhasrat mendirikan pabrik air minum sehat yang sesuai dengan standar World Health Organization (WHO), yakni air minum dalam kemasan (AMDK).

AMDK sendiri lazim dijumpai di negara maju. Bahkan negara tetangga RI, Thailand, sudah punya produk AMDK bermerek Polaris yang sudah berjalan 16 tahun. Atas dasar inilah Tirto dan saudara-saudaranya ingin membuat AMDK pertama Indonesia.

Tirto Utomo pun mengutus adiknya Slamet Utomo untuk magang belajar di Polaris. Selama proses belajar itulah, Polaris banyak memberi ide dan inspirasi.

Purwarupa AMDK buatan Tirto mirip seperti Polaris, yakni berukuran 500 mililiter (ml) dalam botol kaca. Dan merek dagangnya adalah Puritas, yang mengindikasikan kemurnian air produksinya.

Beranjak dari situ, bermodal Rp 150 juta Tirto mulai mendirikan pabrik di bekas sawah kawasan Pondok Ungu, Bekasi, pada 1973. Dan pada tahun ini pula dia mengundurkan diri dari Pertamina, meski kariernya sangat cerah di sana.




Foto: Dok.Aqua-Danone



Setahun kemudian pabrik itu resmi beroperasi dengan nama PT Golden Mississippi dan memasarkan produk AMDK pertama di Indonesia dengan merek Aqua. Pabrik itu dioperasikan oleh 38 karyawan dan mampu menghasilkan 36 botol berukuran 500 ml setiap menit.

Sumber airnya berasal dari sumur artesis yang disaring lewat lima tahapan. Harga yang dipasarkan sebesar Rp 75, lebih mahal dibanding harga bensin sebesar Rp 46 seliter. Alhasil, produknya tidak bisa dijangkau oleh masyarakat biasa.

Bahkan saat memasarkan Aqua, Tirto sempat ditertawakan dan diremehkan. “Bisa-bisanya ada orang yang menjual air mineral. Padahal orang bisa dapat gratis. Sudah gitu harganya lebih mahal dibanding bensin,” begitu kira-kira pikir masyarakat.

Namun, itu tidak menjadi soal. Sebab, target pasar Aqua adalah orang-orang bule di Indonesia. Meski harganya mahal, Aqua terbukti laku.




Foto: Aqua



Akan tetapi, Tirto harus berputar otak untuk bisa menjangkau masyarakat biasa. Pada 1982, Tirto menemukan sumber air baru di pegunungan Ciawi. Sejak itulah, dia beralih dari sumur ke mata air pegunungan.

Perubahan ini membuat Aqua melakukan branding ulang. Kemasannya jadi ada gambar gunung dan slogannya berubah menjadi “air mineral pegunungan”. Berkat itu, Aqua harganya mulai murah dan dijangkau masyarakat biasa. Setelahnya, Aqua tak cuma menjual di botol kaca, tetapi juga botol plastik berukuran 200 ml.

Penjualannya meningkat seiring meningkatnya frekuensi kemunculan produk di iklan dan sponsor acara besar. Sejak itu, Aqua menjadi raja AMDK di Indonesia dan menginspirasi perusahaan lain membuat produk AMDK penantang Aqua.

Meski begitu faktanya Aqua tetap merajai pasar Indonesia dan menjadi kata ganti untuk menyebut air minum dalam kemasan. Keberhasilan Aqua ini membuatnya dilirik perusahaan asal Prancis, Danone.

Pada September 1998, Danone resmi membeli mayoritas saham Aqua. Tercatat Danone memiliki 40% saham Tirta Investama dan menambahnya menjadi 74% pada tahun 2001.

Seluruh perdagangan saham ini tercatat di Bursa Efek Jakarta lewat PT Aqua Golden Mississippi (AQUA). Lalu pada 1 April 2011, AQUA resmi delisting atau keluar dari bursa saham.

Upaya menarik diri ini tidak menggoyahkan takhta Aqua, tetap saja AMDK ini jadi raja di Indonesia. Dan keberhasilan menduduki posisi teratas selama puluhan tahun adalah buah keringat dari Tirto Utomo.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kunci ‘Sakti’ Sukses Orang Minang, Wajib Ditiru Banyak Orang!


(mfa/mfa)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Weekly poll results: the Sony Xperia 5 V is a great phone but is overpriced Previous post Weekly poll results: the Sony Xperia 5 V is a great phone but is overpriced
Weekly deals: the best smartphone deals from the US, UK, Germany and India Next post Weekly deals: the best smartphone deals from the US, UK, Germany and India