Piyama Batik Ini Viral, Siapa Pencetusnya?

Piyama Batik Ini Viral, Siapa Pencetusnya?

Read Time:2 Minute, 18 Second

Jakarta, CNBC Indonesia – Bagi wanita, piyama dan daster merupakan dua jenis pakaian yang dianggap paling nyaman dipakai dan paling sering digunakan sehari-hari. Peminat kedua jenis pakaian ini tidak pernah sepi.

Modelnya terus berkembang mengikuti trend fashion dan selera pasar. Bahkan di masa pandemi beberapa tahun lalu, penjualan dua model pakaian ini meningkat tajam karena banyak perempuan yang tinggal atau bekerja di rumah (WFH).

Tingginya permintaan dan perkembangan tren yang cepat membuat banyak pelaku usaha tertarik dengan bisnis daster piyama. Banyak dari mereka yang berinovasi menciptakan brand baru dengan model kekinian, atau bahkan memadukan unsur modern dan tradisional.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Salah satu inovasi model piyama dan daster dikembangkan oleh brand asal Jakarta bernama Bathek Buana. Brand yang dipelopori oleh Gerry Riyadi ini memadukan unsur tradisional dengan sentuhan modern yakni menggunakan batik cap sebagai bahan utamanya.

Bathek Buana diprakarsai oleh Gerry beberapa tahun lalu, yang sebelumnya fokus pada produksi kain batik cap, yang memasok kain batik ke beberapa toko di Tanah Abang. Pria lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain itu kini bertekad menambah penjualan produk jadinya berupa piyama dan daster, meski memiliki tantangan tersendiri.

“Tren batik print ini bisa untuk anak muda, terutama untuk produk piyama dan daster. Hal inilah yang membuat saya tergerak untuk memilih batik cap. Saya suka karena tantangannya. Pola pikir rata-rata produk daster batik cap dan piyama biasanya untuk orang berusia 40-60 tahun,” kata Gerry.

Menurut Gerry, penggunaan batik cap sebagai bahan utama piyama, menurut Gerry, bukan tanpa tujuan dan filosofi yang kuat. Melalui brand Bathek Buana, kami ingin batik cap sebagai produk budaya bangsa dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

“Dengan target pasar ibu-ibu muda dan tua, melalui produk ini saya berharap budaya batik cap dapat diwariskan kepada anak-anak mereka, dan budaya batik cap sebagai karya seni akan terus berkembang,” jelasnya.

Diakui Gerry, latar belakang pendidikannya di bidang seni dan desain membuatnya bisa terus berinovasi dan mencari inspirasi. “Saya suka mencari canting dan kombinasi warna untuk dipadukan dalam kain. Saya juga selalu berusaha mengikuti perkembangan motif piyama dan daster,” jelasnya.

Ke depan, Gerry berharap batik cap bisa digunakan kalangan anak-anak hingga orang dewasa dengan tren dan motif pakaian yang sesuai. “Semoga batik cap ini menjadi karya seni yang terus dipertahankan dengan memadukan unsur tradisional dengan sentuhan modern,” ujarnya.

Respon pasar untuk piyama dan daster berbahan batik cap sejauh ini sangat baik. “Ada banyak permintaan dalam jumlah banyak. Tapi jumlah motif kita batasi agar produk tidak menjadi pasaran. Karena batik kita adalah karya seni,” terangnya.

Kain batik print untuk piyama dan daster Bathek Buana saat ini diproduksi di sebuah pabrik yang mempekerjakan sekitar 100 karyawan di kawasan Balaraja, Tangerang. Sedangkan produk barang jadi berupa piyama dan daster terkonsentrasi di wilayah Jakarta Selatan.

[Gambas:Video CNBC]

(Mentari Puspadini/ayh)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Sejajar Attha Halilintar Hingga Awkarin, Influencer Ini Viral Previous post Sejajar Attha Halilintar Hingga Awkarin, Influencer Ini Viral
Realme 11 Pro+ goes on sale in India today Next post Realme 11 Pro+ goes on sale in India today