Sst.. Ini Rahasia Kenapa Tukang Cukur Kebanyakan Orang Garut

Sst.. Ini Rahasia Kenapa Tukang Cukur Kebanyakan Orang Garut

Read Time:2 Minute, 27 Second

Jakarta, CNBC Indonesia – Tukang cukur di perkotaan memiliki satu kesamaan. Ini bukan masalah gaya bercukur, tetapi asal-usulnya.

Meski tidak selalu sama, kebanyakan pasti dari Garut. Lebih spesifiknya, ia berasal dari Kabupaten Banyuresmi yang dikenal sebagai sumber pemangkas rambut.

Hal ini dapat dibuktikan dari dua hal. Pertama, kelancaran berbicara logat atau bahasa Sunda dan kedua, tulisan “Asgar” dipajang di depan toko yang merupakan singkatan dari “Asli Garut”.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Fenomena gaya hidup urban ini menimbulkan pertanyaan menarik. Mengapa kebanyakan perantau Garut bekerja sebagai tukang cukur?

Jawabannya dapat ditelusuri kembali ke tahun 1950-an. Ini buntut dari kacaunya keamanan kota Garut.

Saat itu di Garut terjadi konflik bersenjata antara DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang dipimpin oleh SM Kartosoewirjo dan TNI. Sepanjang pertempuran, kata Kees Van Dijk dalam Darul Islam: An Rebellion (1993), terjadi kebrutalan hebat yang dilakukan massa DI/TII.

Tercatat, dalam kurun waktu 1953-1956, geng-geng melakukan penyerangan ke rumah warga pada malam hari. Tujuannya untuk mencari perbekalan dan menambah anggota, dimana mereka tidak segan-segan bertindak kejam jika warga tidak mau bergabung.

Dari kekacauan itu, ribuan warga Garut, termasuk warga Banyuresmi, akhirnya memilih mengungsi ke kota terdekat. Salah satu yang paling aman adalah Bandung.

Mereka yang dulu bertani akhirnya harus mencari usaha lain di kota orang lain. Mulai dari pedagang, menjadi tukang bangunan, jasa sol sepatu, termasuk pemangkas rambut.

Kendati demikian, Dedi Junaedi, dalam Keberadaan Pangkas Rambut Asgar di Kota Bandung, 1950-2016 (2021) menyebutkan, dari sekian banyak profesi baru, barber adalah yang paling menjanjikan. Pasalnya, pria yang menjadi target pasar setiap saat datang ke tukang cukur untuk memangkas rambutnya.

Apalagi menjadi tukang cukur tidak membutuhkan modal yang besar. Mereka bisa bercukur di mana saja, termasuk di bawah pohon yang rindang.

Dari sinilah peran perantau Garut dalam distribusi jasa tukang cukur di perkotaan yang sebenarnya sudah ada sejak masa kolonial. Dan, dari sinilah kata “Asgar” berasal.

Setelah pemberontakan berhasil diredam dan mereka kembali ke kampung halamannya, bukan berarti perantau Garut berhenti menjadi tukang cukur. Kekacauan keamanan mengakibatkan kesulitan ekonomi.

Menurut Dedi Junaedi dalam Eksistensi Asgar Barbershop di Kota Bandung, 1950-2016 (2021), dua faktor inilah yang membuat mereka tetap menekuni profesi ini. Bahkan, mereka rela mengajarkannya kepada generasi muda sesuai dengan pemikiran tradisional Sunda.

Dalam cara berpikir orang Sunda, yang lebih tua harus membimbing yang lebih muda. Sedangkan yang muda harus menghormati orang tua.

Dalam konteks profesi, para barber juga berusaha mendidik anak-anak muda untuk menjadi barber yang baik saat dewasa. Sejak kecil, mereka sering dibawa ke tempat pangkas rambut untuk memperhatikan tata cara pemotongan rambut.

Baru setelah dewasa mereka mulai memotong rambut di bawah bimbingan para senior sebelum akhirnya membuka pangkas rambut sendiri. Berdasarkan hal tersebut, tukang cukur Asgar tidak pernah ‘mati’ karena ada warisan ilmu lintas generasi yang tidak terputus, sehingga selalu sukses merapikan rambut jutaan penduduknya dari masa ke masa.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

Kunci ‘Sakral’ Kesuksesan Orang Minang, Wajib Ditiru Banyak Orang!

(mfa/sef)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Viral, Arsitek RI Ini Malah Cuan Gede Jadi Influencer Previous post Viral, Arsitek RI Ini Malah Cuan Gede Jadi Influencer
Red Magic 8S Pro goes global, here are the prices Next post Red Magic 8S Pro goes global, here are the prices