
Tak Disangka! Raja Jamu Indonesia Ini Dulunya Jual Sapi Perah
Jakarta, CNBC Indonesia – Jamu pabrikan Sido Muncul sudah akrab di telinga orang Indonesia. Salah satu produknya yang paling terkenal adalah Tolak Angin yang sering diminum orang pintar setiap masuk angin. Namun, belum banyak orang tahu awal mula kejayaan Sido Muncul rupanya dari jualan sapi perah. Bagaimana ceritanya?
Cerita bermula dari generasi pertama keluarga Sido Muncul, yakni ketika Siem Thiam Hie dan Go Djing Nio menjadi pemerah susu di Ambarawa, Jawa Tengah. Mereka berdua merintis usaha susu bermerek Melkrey dan menjual roti dengan nama Roti Muncul pada 1930 di Solo.
Menurut Jenu Widjaja Tandjung dalam Competitive Marketing Strategy (2016) pada mulanya usaha roti dan susu berjalan sukses, tetapi saat depresi ekonomi 1930-an usaha mereka bangkrut. Dari sini untuk memulai roda perekonomian keluarga, Go Djing Nio mengelola rempah-rempah untuk jamu. Pikir Djing Nio, jamu adalah usaha yang paling mudah dilakukan karena bisa dimulai dari sedikit modal. Apalagi, Djing Nio punya keahlian meracik jamu yang sudah dimulai saat berbisnis roti dan susu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika memulai bisnis jamu, mereka berdua pindah dari Solo ke Yogyakarta pada 1935. Di tahun tersebut juga mereka mulai membuka toko jamu. Mengutip laman resmi Sido Muncul, di toko jamu itu mereka memasarkan ramuan herbal yang berguna bagi masyarakat saat terkena masuk angin. Masyarakat berbondong-bondong membelinya karena terbukti efektif. Belakangan, jamu itu dikenal sebagai Tolak Angin.
Foto: PT Sido Muncul, Sidomuncul, (Sido muncul)
PT Sido Muncul, Sidomuncul, (Sido muncul)
Meski begitu, bisnis jamu mereka mandek ketika Perang Dunia II dimulai. Masih mengutip Jenu Widjaja Tandjung keluarga Siem Thiam Hie kemudian mengungsi ke Semarang. Barulah setelah perang selesai, mereka fokus jualan jamu. Kali ini mereka hanya memilih menjajakan jamu Tolak Angin, yang paten mengobati masuk angin, batuk, pilek, dan perut kembung.
Sebagaimana dipaparkan Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (2008), bisnis jamu ini kian besar ketika anak Siem Thiam Hie bernama Agustinus Rachmat Sulistyo mendirikan pabrik Sido Muncul pada 1951 yang berada di Semarang. Sido Muncul diartikan sebagai impian yang terwujud.
Seiring waktu, pada 1967 pabrik diserahkan kepada Desi Sulistyo dan pada 1974 diserahkan lagi kepada Irwan Hidayat sebagai generasi ketiga keluarga Siem Thiam Hie. Di masa Irwan inilah, awal mula kejayaan Sido Muncul bermula. Dari yang awalnya hanya berbentuk CV kemudian berubah menjadi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul. Tak hanya itu, pabriknya pun menjadi jauh lebih modern. Semua itu dilakukan untuk menyamakan status jamu sebagai obat herbal agar tak lagi dengan obat kimia.
Dari pabrik itulah, Sido Muncul tidak hanya menghasilkan Tolak Angin, tetapi juga Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Kopi Jahe Sido Muncul, dan berbagai produk jamu lain. Tak heran apabila Sido Muncul menguasai 38% pasar obat-obatan herbal di Indonesia. Berkat besarnya produk Sido Muncul, Irwan dan keluarga sempat dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya ke-28 dengan harta US$ 1,58 Miliar.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Kunci ‘Sakti’ Sukses Orang Minang, Wajib Ditiru Banyak Orang!
(mfa/mfa)