Terungkap India Bisa Mendarat di Bulan, RI Jauh Ketinggalan

Terungkap India Bisa Mendarat di Bulan, RI Jauh Ketinggalan

Read Time:4 Minute, 37 Second

Jakarta, CNBC Indonesia  – Sejarah baru telah ditorehkan India pada Rabu, 23 Agustus 2023. Lewat pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3, India sukses menjadi negara keempat di dunia yang melakukan pendaratan wahana antariksa di Bulan, setelah Amerika Serikat, Uni Soviet, dan China. Bahkan, pencapaian ini juga berhasil mencatatkan rekor dunia bagi India sebagai negara yang pertama kali mendarat di Kutub Selatan Bulan. 

Berkat pencapaian itu wajar apabila masyarakat India menyambut kabar itu dengan riang gembira. Namun, di sisi lain keberhasilan itu harus menjadi pertanyaan reflektif bagi Indonesia.

Perlu diketahui, India dan Indonesia sama-sama negara yang merdeka di kurun 1940-an. Indonesia merdeka tahun 1945, sedangkan India baru diberi kemerdekaan dua tahun setelahnya. Sedangkan dari segi sosial kedua masyarakat pun tidak jauh berbeda. Lalu, dari beberapa kemiripan ini, kenapa India bisa lebih dulu pergi ke bulan?


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Tak Ingin Jadi Penonton

Sejak merdeka, awalnya India sama sekali tidak memikirkan program luar angkasa sebagai proyek nasional. Dibanding program itu, Perdana Menteri Ke-1 India, Jawarhalal Nehru, malah lebih ingin memulai proyek nuklir. Sebab, ketika itu nuklir menjadi teknologi primadona di sektor pertahanan dan energi terbarukan. Namun, karena banyak keterbatasan pengembangan nuklir tidak bisa langsung terwujud dan baru bisa dimulai tahun 1954.

Ketertarikan terhadap proyek luar angkasa justru baru muncul ketika memasuki dekade 1960-an. Dalam riset B.R Guruprasad dalam “Undestanding India’s International Space Coorperation Endeavour” (2018), tertulis ketertarikan itu disebabkan oleh situasi Perang Dingin antara AS melawan Soviet. Kedua negara yang bersaing di program luar angkasa membuat India ingin juga ikut andil di program tersebut.

Pikir petinggi India, negara harus bisa mengambil peran ketimbang menjadi penonton. Apalagi sudah banyak para ilmuwan India yang berkontribusi pada pengembangan dunia luar angkasa, seperti Vikram Sarabhai, Vasan Gowarikar, Suresh Gupta, dan sebagainya. PM Nehru pun setuju atas gagasan ini karena sesuai dengan pemikirannya yang ingin India berkembang di bawah panji ilmu pengetahuan. Dari sinilah, tulis B.R Guruprasad, awal mula program luar angkasa India terbentuk.

Ambisi Besar

Awal perjalanan India di sektor luar angkasa terwujud saat mendirikan India National Committe on Space Research (INCOSPAR) pada Februari 1962 yang berada di bawah Department of Atomic Energy. Ketika itu proyek pertama INCOSPAR adalah perumusan lokasi penerbangan roket global.

Pasalnya, dalam penelitian lanjutan baru diketahui bahwa India menjadi lokasi paling strategis untuk peluncuran roket. Alhasil, karena tidak mau menjadi penonton saja, India bergegas mendirikan fasilitas peluncuran roket bernama Thumba Equatorial Rocket Launching Stasion (TERLS) pada tahun 1963. Kelak, TERLS menjadi tempat peluncuran roket andalan India dan negara lain.

Ajay Lele dalam “India’s Policy For Outer Space” (2016) menyebut, menariknya proyek ini didanai oleh AS dan Uni Soviet. Artinya, pada titik ini India telah menunjukkan bahwa sudah seharusnya penelitian luar angkasa dilakukan sebagai alat kolaborasi internasional yang dilakukan untuk tujuan lebih besar, yakni kemaslahatan umat manusia. Lebih lanjut, Ajay juga menjelaskan sikap India di proyek tersebut menunjukkan sikap politik dua kaki India. 

Sebab, jika hanya menerima dana dari satu negara saja, sebut misalkan AS, maka dikhawatirkan India akan ikut dalam persaingan global dan permasalahan akan semakin rumit. 

“India tidak tertarik untuk bersaing dengan negara-negara maju secara ekonomi dalam eksplorasi Bulan, planet, atau penerbangan luar angkasa. Namun, India sangat tertarik menggunakan teknologi tersebut untuk membantu menyelesaikan masalah nyata manusia dan masyarakat. Bagi India hal ini memiliki signifikansi ekonomi dan sosial,” kata Vikram Sarabhai, bapak luar angkasa India. 

Dari sinilah, India memulai lompatan jauh dibanding negara-negara seusianya. Saat Indonesia di tahun 1960-an masih ribut soal ambisi politik dan pergantian kekuasaan, maka India sudah sukses ‘bermain’ di luar angkasa. Sejak itu, India sudah turut serta dalam pengembangan peluncuran satelit Sputnik (1967), dan Apollo (1969). Bahkan, pemerintah India sudah membentuk badan antariksa independen menggantikan INCOSPAR, yakni Indian Space Research Organization (ISRO) pada 1967.

Berkat pembentukan itu pengembangan antariksa India semakin melaju cepat. Meski begitu, bukan berarti proyek ini berjalan tanpa kritik. Tidak sedikit orang mengira bahwa PM India ketika itu, Nehru dan dilanjutkan Lal Bahadur, ingin melakukan politik mercusuar. Sebab, pemerintah lebih memilih berupaya menggelontorkan dana besar untuk luar angkasa dibanding mengatasi permasalahan sosial kala itu, yakni kemiskinan. 

Namun, upaya kritik itu pada akhirnya tidak bisa menghentikan langkah pemerintah. Faktanya India tetap menggarap proyek luar angkasa. Lagi-lagi, politik dua kaki India sukses mengantarkan India.

Masih mengutip paparan Ajay, sepanjang dekade 1970-an ISRO mendapat investasi besar dari Soviet dan AS untuk pengembangan luar angkasa. Investasi itu bukan hanya soal dana, tetapi juga transfer ilmu pengetahuan. Semua itu lantas dialihkan tidak hanya untuk proyek roket itu sendiri, tetapi juga peningkatan teknologi luar angkasa guna pembangunan komunikasi, meteorologi, dan sumber daya alam. 

Seluruh upaya itu pada akhirnya membuahkan hasil. Pada 1975, India sukses meluncurkan satelit pertama karya anak bangsa. Lalu, lima tahun kemudian sukses meluncurkan roket pertama buatan India. Hingga akhirnya semua upaya ilmuwan India yang tak kenal lelah itu membuahkan hasil saat roketnya berhasil mendarat di bulan pada Rabu (23/8).

Berkat keberhasilan itu, mengutip Times, India bakal menjadi primadona dan mitra strategis negara lain untuk pengembangan luar angkasa. Sebab, ISRO besutan India memiliki kebijakan berbeda: menawarkan harga murah, tetapi kualitas teknologi tidak murahan. Sejak mengembangkan proyek antariksa, India diketahui memanfaatkan seluruhnya pada kemampuan dalam negeri, dari mulai merekrut ilmuwan cerdas dan peralatan. Alhasil, kemampuan antariksa yang selama ini dikerjakan NASA dengan harga mahal, bisa dipatahkan oleh India yang bisa menggarapnya secara murah. 

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Tampaknya program antariksa tidak menjadi proyek strategis. Memang, Indonesia sudah punya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sejak 1963, tetapi nampaknya proyek pendaratan di Bulan bukan menjadi tujuan besar, bahkan barangkali belum pernah dipikirkan.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/mfa)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Hadir di Pati, Pesta Rakyat Simpedes BRI Banyak Keseruan Lho! Previous post Hadir di Pati, Pesta Rakyat Simpedes BRI Banyak Keseruan Lho!
Samsung Galaxy S23 FE moves a step closer to launch as it gets Bluetooth certified Next post Samsung Galaxy S23 FE moves a step closer to launch as it gets Bluetooth certified